Kebahagiaan adalah dambaan setiap manusia, tetapi tidak semua orang memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta, jabatan, atau hal-hal duniawi semata. Kebahagiaan yang hakiki berasal dari hati yang tenang dan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Al-Qur'an menjelaskan bahwa ketenangan hati hanya bisa didapatkan dengan mengingat Allah, sebagaimana firman-Nya:
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28).
Hadis Nabi Muhammad SAW juga menegaskan bahwa kekayaan yang sejati bukanlah banyaknya harta, tetapi hati yang merasa cukup. Rasulullah bersabda:
"Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang sebenarnya) adalah kekayaan hati." (HR. Bukhari dan Muslim).
Para ulama pun menasihatkan bahwa kebahagiaan sejati ada dalam hati yang bersih, ridha dengan ketentuan Allah, dan menjauhi sifat tamak. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menekankan bahwa kebahagiaan tidak akan pernah dicapai oleh orang yang hatinya dipenuhi dengan kecintaan terhadap dunia, sebab dunia hanya memberikan kesenangan sementara.
Begitu pula dengan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang mengatakan bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam tiga hal: rasa syukur atas nikmat Allah, kesabaran dalam menghadapi ujian, dan istighfar atas dosa-dosa yang telah lalu. Dengan tiga hal ini, seseorang akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak bergantung pada kondisi luar.
Oleh karena itu, untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, kita harus memperbaiki hati kita dengan selalu mengingat Allah, bersyukur atas nikmat yang diberikan, serta menerima segala ketentuan-Nya dengan lapang dada. Dunia hanyalah tempat persinggahan, sedangkan kebahagiaan yang hakiki adalah ketika hati kita selalu dekat dengan Allah dan merasa cukup dengan apa yang diberikan-Nya.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments