Bunuh diri dipandang sebagai perbuatan yang sangat tercela dan termasuk dosa besar. Tindakan ini berarti seseorang mengakhiri hidupnya sendiri dengan sengaja, baik karena putus asa, tekanan batin, maupun rasa tidak mampu menghadapi ujian kehidupan. Padahal dalam Islam, kehidupan adalah amanah dari Allah SWT, dan hanya Allah yang berhak mencabut nyawa makhluk-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
Tindakan bunuh diri bertentangan dengan prinsip dasar dalam Islam, yaitu menjaga jiwa (ḥifẓ al-nafs), yang merupakan salah satu dari lima tujuan utama syariat Islam. Rasulullah SAW juga menyampaikan ancaman keras bagi pelaku bunuh diri dalam sabdanya:
Meskipun demikian, para ulama menjelaskan bahwa pelaku bunuh diri tidak serta-merta keluar dari Islam jika ia meninggal dalam keadaan beriman, meski imannya lemah. Oleh karena itu, jenazahnya tetap dimandikan, dishalatkan, dan dikuburkan secara Islam. Namun, para pemuka agama atau tokoh masyarakat dianjurkan untuk tidak ikut menyalatinya sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat agar tidak menganggap remeh perbuatan tersebut.
Dalam menghadapi realitas kehidupan yang penuh tekanan dan ujian, Islam memberikan solusi melalui kekuatan spiritual. Ajaran Islam sangat kaya dengan nilai-nilai yang mampu menjaga ketenangan jiwa dan stabilitas mental. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
Zikir dan ibadah menjadi media terapi ruhani yang luar biasa. Shalat misalnya, bukan hanya kewajiban, tetapi juga waktu khusus untuk menenangkan diri dan berbicara langsung dengan Allah. Dzikir dan doa mampu menyejukkan hati yang gelisah. Membaca Al-Qur’an memberikan ketenangan pikiran dan arah hidup. Puasa melatih kesabaran dan menguatkan empati sosial. Prinsip tawakal, yaitu berserah diri kepada Allah setelah berikhtiar, membantu seseorang untuk tidak berlebihan dalam merasa gagal atau kecewa.
Keimanan kepada takdir juga berperan besar dalam membangun ketahanan mental. Orang yang percaya bahwa segala sesuatu sudah ditentukan Allah, lebih siap menerima cobaan dan tidak mudah terpuruk. Islam juga melarang putus asa, sebagaimana firman-Nya:
Selain itu, Islam sangat menekankan pentingnya hubungan sosial seperti ukhuwah Islamiyah dan silaturrahmi. Dukungan sosial dari lingkungan sekitar, keluarga, dan komunitas Muslim dapat menjadi penyangga emosional bagi seseorang yang sedang tertekan atau dalam kondisi mental yang lemah. Majelis ilmu, masjid, dan pertemanan yang baik bisa menjadi ruang aman untuk mencurahkan isi hati dan mendapatkan penguatan spiritual.
Islam juga menanamkan prinsip syukur dan sabar dalam menjalani hidup. Dua sikap ini mampu membentuk keseimbangan emosional yang kuat. Saat diberi nikmat, seseorang dianjurkan untuk bersyukur, dan ketika diuji, diajarkan untuk bersabar. Dengan begitu, seseorang akan lebih siap menghadapi dinamika kehidupan tanpa kehilangan kendali diri.
0 comments:
Posting Komentar